Ester Zega,S.Pd.,M.M
CGP Angkatan 2
SMP NEGERI 12 Bandar
Lampung
Pendidikan guru penggerak
yang sedang saya jalani dengan melewati pembelajaran modul 1, modul 2, hingga
sampai saat ini belajar pada modul 3 (3.1). Semua modul yang sudah saya
pelajari sangat memberi manfaat dan dampak positif pada diri saya sebagai seorang
pendidik dan keyakinan untuk menggerakkan komunitas belajar yang berpihak pada
murid. Pada kesempatan ini, saya akan menuliskan tentang rangkaian hubungan
antara materi modul 1,2 dan 3 sesuai dengan apa yang sudah saya pelajari hingga
saat ini.
Bagaimana pandangan Ki
Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Tri Loka memiliki pengaruh terhadap
bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran?
Ki Hadjar Dewantara
mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada
pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya,
baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan pada
prinsip ASAH,ASIH,ASUH, Poin yang paling penting adalah kodrat alam dan kodrat
zaman (kemerdekaan anak). Didalam melaksanakan pembelajaran seorang pendidik (pemimpi
pembelajaran) harus mampu menuntun,mendorong tumbuh kembangnya potensi siswa
agar dapat memperbaiki lakunya dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak dalam
mengambil suatu keputusan.
Pratap Tri Loka yang di
gagas oleh bapak Ki Hadjar Dewantara antara lain :
- Ø
Ingarsa
Sung Tulada yang artinya seorang guru menjadi teladan bagi muridnya
- Ø
Ing Madya
Mnagun Karsa artinya ditengah membangkitkan atau membangun kemauan
- Ø
Tut Wuri
Handayani artinya mengikuti dibelakang, menyokong kekuatan (dorongan)
Tiga prinsip pembelajaran
yang harus diterapkan oleh seorang pemimpin pembelajaran sehingga sepatutnya
harus mampu menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid,dengan
sembilan langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan,empat paradigma
dilema etika serta tiga prinsip pengambilan keputusan. Kaitannya dengan
pengambilan keputusan, maka seorang pemimpin (guru) harus mampu mengambil
sebuah keputusan yang tepat, bijaksana, dan selalu berpihak kepada murid,
menjadi telada bagi orang-orang yang dipimpinnya, mampu membangun semangat, memberikan
motivasi dan mengembangkan minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh setiap
murid. Dalam keadaan ini sering sekali seorang pendidik diperhadapkan dengan
situasi yang mengandung dilema etika dan didikan moral. Dilema etika merupakan
sebuah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan
dengan kedua pilihan benar secara moral tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan
moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau
salah.
Nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita yang mempengaruhi pengambilan keputusan.
Dalam pengambilan sebuah
keputusan, ada dua hal yang kita temukan yaitu bujukan moral dan dilema etika.
Dari pengalaman kita bekerja pada suatu lembaga pendidikan,ada hal ketika kita
menghadapi situasi sulit untuk menentukan keputusan yang tepat, namun dengan
dasar nilai-nilai kebajikan, cinta kasih, kebenaran, keadilan, kebebasan,
persatuan, toleransi, tanggungjawab dan penghargaan akan hidup akan menuntun
kita menemukan satu keputusan yang tepat dengan menerapkan sembilan langkah pengambilan
keputusan, paradigma pengambilan keputusan, prinsip pengambilan keputusan dan
nilai serta peran guru penggerak dalam pengambilan keputusan. Nilai dan peran
guru penggerak yang memiliki kemandirian, reflektif, inovatif, kolaborasi,
keberpihakan pada murid dan peran guru penggerak yaitu menjadi pemimpin
pembelajara, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi Coach bagi guru lain,
mendorong kolaborasi antar guru, mewujudkan kepemimpinan murid dan inivatif.
9 langkah pengambilan
keputusan yaitu :
- Ø
Mengenali
bahwa ada nilai-nilai yang bertentangan
- Ø
Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Ø
Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
- Ø
Pengujian
benar atau salah (Uji legal, Uji Regulasi, Uji Intuisi, Uji halaman depan koran,
Uji panutan idola)
- Ø Pengujian paradigma benar vs benar
- Ø Prinsip pengambilan keputusan
- Ø Investigasi opsi trilema
- Ø Buat keputusan
- Ø Tinjau lagi keputusan anda dan refleksikan
Adapun 4 paradigma
pengambilan keputusan yaitu :
- Ø
Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
- Ø
Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Ø
Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Ø
Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Dan 3 prinsip pengambilan
keputusan yaitu :
- Ø
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Ø
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Ø
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Kegiatan terbimbing yang
kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping dalam proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini bisa
dibantu oelh sesi coaching yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Dalam aspek pembelajaran
dikelas guru sebagai pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui kebutuhan
belajar murid sekaligus sebagai memberi contoh yang baik bagi siswa memahami
karakter belajar siswa serta kondisi social emosional sebagai pemimpin
pembelajaran dikelas. Dalam hal ini juga untuk terciptanya profil pelajar
Pancasila siswa harus bisa
menyelesaiakan sendiri persoalan belajarnya di kelas yang merupakan dilemma
bagi mereka, dan di sinilah penting pendekatan Coaching, dimana guru sebagai
coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh siswa untuk
menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan
dilema baginya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan
waktu jika siswa membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar yang
menurun pada siswa. Coaching dan itu tidak terlepas dari komunikasi yang baik
antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar
siswa.
Untuk membuat keputusan
yang mengutamakan kepentingan murid, diperlukan kesamaan visi, budaya, serta
nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi. Keterampilan coaching
dengan model TIRTA akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya, mampu
melihat paradigma pengambilan keputusan serta berbagai sudut pandang sehingga
mengambil keputusan yang tepat.
Dalam proses pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self
awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness)
dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Diharapkan proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfulness) agar
bisa memprediksi efek dari keputusan yang diambil.
Bagaimana pembahasan studi
kasus yang focus pada masalah moral atau etika kembali nilai-nilai yang dianut
oleh seorang pendidik.
Seorang pendidik harus
bisa melihat bagaiamana persoalan tersebut apakah merupakan dilemma etika atau
merupakan bujukan moral, nilai-nilai yang yang akan diambilpun merupakan nilai
yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai
pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun siswa tersebut
kearah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keptusan yang diambil
merupakan keputusan yang bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang
tepat sebagai pemimpin pembelajaran
tentunya akan berdampak positif, aman, dan nyaman apabila kita bisa
melihat kondisi saat mana kita akan mengambil sebuah keputusan yang tentu yang
jika itu adalah dilemma maka kita bisa meminimalisir dilema tersebut agar dalam
pengambilan yang bersifat dilemma itu tidak terlalu berpengaruh. Dan jika
merupakan suatu bujukan moral kita harus pandai bahwa hal yang dilakukan salah
dan nantinnya guru sebagai pemimpin pembelajaran akan dengan bijak membuat
keputusan namum tertap membinmbing anak menuju ke pengambilan keputusan tepat
baik untuk guru maupun untuk siswa. Dalam hal ini siswa tetap merasa bahwa guru
adalah seorang pemimpin yang mampu membuat situasi kondusif, aman dan nyaman di
lingkungan sekolah maupun sekitarnya.
Pengambilan keputusan yang
tepat dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman
dan nyaman. Hal ini dikarenakan keputusan yang diambil telah mempertimbangkan
beberapa aspek dan mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
serta telah melakukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji
intuisi, Uji halaman depan, Uji panutan). Ketika seorang pendidik telah
melaksanakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, maka
niscaya keputusan yang diambil akan tetap menciptakan lingkungan yang positif
dengan tetap melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil.
Apakah kesulitan di
lingkungan saya yang sulit dilaksanakan
untuk menjalankan pengambilan keputusan
terhadap kasus-kasus dilemma etika ini? Apakah ini kembali kemasalah
perubahan paradigma di lingkungan saya?
Dalam mengambil keputusan
yang berdampak positif bagi lingkungan tentunya terdapat berbagai kesulitan
yang terjadi dilapangan. Didalam satuan pendidikan sering terjadi saat dalam
mengambil keputusan menghadapi kendala
dilema etika. Sebagai contoh, menghadapi
masalah yang berkaitan dengan seorang murid. Dimasa pendemi ini, Ia tidak
pernah mengumpulkan tugas selama pembelajaran kerena membantu merawat Ibu yang
sedang sakit sementara Ayahnya sedang di PHK, sehingga tidak mampu membeli HP.
Ketika hendak pembagian raport tengah semester, nilai tugas anak tidak ada
sehingga rata-rata nilainya menjadi sangat rendah. Sebagai pendidik, tentunya
akan mengalami sebuah dilema. Dimana, di satu sisi harus tetap jujur dalam
memberikan nilai, namun disisi lain memiliki rasa kasihan terhadap anak tersebut
yang tidak mengerjakan tugasnya kerena merawat Ibunya. Keputusan yang diambil
adalah tetap memberikan kesempatan kepada anak tersebut dengan meringankan
tugas yang akan dikerjakannya. Disatu sisi, keputusan yang diambil mengalami
kendala dari rekan sejawat yang kurang setuju dengan keputusan tersebut karena
tidak berkeadilan dengan murid yang lainnya. Akhirnya setelah dijelaskan
kondisi sebenarnya, rekan sejawat dapat menerima keputusan yang diambil
tersebut.
Sebagai makluk social dan
sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan
luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasional, yaitu antara benar-benar memegang
aturan demi suatu keadialan. Namun terkadang kita susah membedakan mana
yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong
yang sudah pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja
merupakan kesalahan.
Pengaruh pengambilan
keputusan dengan pembelajaran yang
memerdekakan murid kita?
Sebagai seorang pendidik
yang merupakan salah satu calaon guru penggerak
saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab
sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa memanage sebuah
keputusan dengan baik baik terutama saat menemuka masalah belajar pada siswa,
dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul pendidik sudah seharusnya
meberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan
tenang. Semuanya dilakukan untuk
memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar
mereka. Keputusan yang diambil seorang guru, mempengaruhi pengajaran yang
memerdekakan murid. Keputusan tersebut tentunya dapat membentuk karakter murid
serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Tentunya Ia akan tetap semangat
dalam mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan pendidikan nya sehingga Ia dapat
memperoleh pendidikan yang layak demi masa depannya.
Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Dengan memberi nilai-nilai
positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang
pendidik dalam mengambil keputusan.
Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk
siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya. Setiap
kebijakan atau keputusan yang diambil oleh pendidik sebagai pemimpin
pembelajaran sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridnya. Jika
seorang pendidik mengambil keputusan yang kurang arif dan bijaksana terhadap
dilema yang dihadapi dengan peserta didiknya, maka hal ini akan berdampak
kepada hal-hal yang kurang baik bagi murid tersebut.
Kesimpulan akhir terkait
modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan
modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai
kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala
proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan
kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses
pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak
serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu
pendekatan yang membantu siswa dalam
mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu
trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa
lewat pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga
harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses
pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk
menemukan solusi maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di
sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses
pengambilan keptusan berdasrakan dilema etika. Bahwa pengambilan keputusan yang
diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap
hal- hal yang berkaitan dengan murid khususnya terhadap pandangan Ki Hajar
Dewantara dengan filosofi Pratap Trilokanya. Nilai-nilai yang tertanam dalam
diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya serta
pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang diambil seorang guru, mempengaruhi
pengajaran yang memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid
serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar