Rabu, 10 November 2021

 

Ester Zega, S.Pd, MM

CGP Angkatan 2 Kabupaten Majalengka

Fasilitator : Mahmun  Zulkifli, S.Pd,MM

Pendamping : Yulia Budiarti

 

 

 

LATAR BELAKANG

 

Masa sekarang ini semakin maraknya kejadian pelecehan seksual, Indonesia termasuk dalam keadaan darurat kekerasan seksual,Pendidikan seksual dini sangat penting untuk mengurangi tingkat kekerasan seksual. Dampak dari perilaku kekerasan seksual terhadap anak-anak cenderung merusak mental bahkan sering mengalami keterbelakangan mental. Akhir-akhir ini, salah satu tindak kejahatan yang sangat fenomenal adalah kasus kekerasan seksual, terutama kekerasan seksual  terjadi terhadap anak. Anak adalah tunas bangsa, penerus cita-cita negara, memiliki peran strategis serta mempunyai ciri dan sifat khusus demi menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara di masa depan. Oleh karena itu, agar anak mampu memikul tanggungjawab tersebut, maka ia perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik mental, fisik, maupun sosial. Maka dapat disimpulkan bahwasannya anak memiliki peran yang sangat penting bagi suatu negara. Hidup dan penghidupan yang dimiliki anak masih dalam perlindungan dan tanggungjawab orangtua, keluarga, masyarakat, dan juga negara. Tanggungjawab orangtua terhadap anak sangatlah penting dibandingakan dengan oranglain. Namun tetap harus ada dukungan masyarakat dalam hal ini dunia pendidikan sangat bereperan dalam menjaga antarsesama untuk mencegah adanya kekerasan seksual terhadap anak. Kekerasan seksual pada anak tidak memandang korbannya anak laki-laki ataupun anak perempuan. Hal ini diperkuat oleh data yang terdapat pada Jurnal 3 Gail Hornor (2010) bahwa anak perempuan dan laki‐laki memungkinkan menjadi korban kekerasan seksual. Anak perempuan maupun laki‐laki korban kekerasan seksual mengalami sejumlah masalah yang sama antara lain trauma fisik dan psikologis yang berkepanjangan, kehilangan semangat hidup, membenci lawan jenis dan memiliki keinginan untuk balas dendam.

 

 

1.1  DASAR KEGIATAN PROGRAM

1. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002,  tentang anak adalah karunia

    dan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang melekat padanya yaitu harkat serta

    martabat sebagai wujud manusia yang seutuhnya

3. Undang-undang nomor 23 tahun 2004 menyebutkan bahwa kekerasan seksual yaitu

    pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam

    lingkup rumah tangga .

4. Program Guru Penggerak SMPN 12 Bandar Lampung

 

 

 

TUJUAN PELAKSANAAN PROGRAM

Adapun tujuan dari pelaksanaan program adalah:

     1.   Untuk mengetahui yang dimaksud dengan pelecehan seksual.

     2.   Untuk mengetahui faktor pendorong terjadinya pelecehan seksual pada anak

     3.   Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelecehan seksual pada anak

4.     Menambah wawasan dan pengetahuan terkait akibat pelecehan seksual pada anak

5.     Untuk membantu mengetahui solusi yang efektif dari kekerasan seksual pada anak agar dapat mengantisipasi dan waspada terhadap kekerasan seksual

6.     Tercapainya program guru penggerak SMPN 12 Bandar Lampung

 

 

NAMA KEGIATAN

Nama kegiatan ini adalah “Sosialisasi pencegahan pelecehan seksual pada anak”.

WAKTU PELAKSANAAN

Hari                                  : Jumat , 5 November 2021

Pukul                                : 07.30 – selesai

Tempat                             : Ruang kelas  

Nara Sumber                    : Mas Dede ( PKBI Lampung)

BENTUK KEGIATAN

Kegiatan dilakukan melalui seminar

PESERTA KEGIATAN

Peserta dari kegiatan “Sosialisasi pencegahan pelecehan seksual pada anak” adalah perwakilan  peserta didik (OSIS) SMPN 12 Bandar Lampung

HASIL YANG DICAPAI

Pelaksanaan dihadiri 20 orang murid, 3 orang wakil kepala sekolah, 3 orang tim dari PKBI dan 6 orang teman sejawat yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kegiatan terlaksana sesuai dengan yang sudah direncanakan tanpa ada hambatan yang berarti, anak-anak sangat antusias dan memberi respon yang baik Ketika diberikan sesi kolaborasi, tanya jawab dan aktivitas dengan melakukan campaign murid sangat senang , terbuka dan berani mengemukakan pendapatnya tentang pelecehan seksual,dari hasil refleksi yang diberikan/ disampaikan oleh murid dengan menulis pemahaman dan pengalamanya tentang pecelecehan seksual memberikan satu gambaran bahwa anak-anak diusia  dini sangat membutuhkan Pendidikan tentang sosialisasi pencegahan pelecehan seksual  pada murid, kepala sekolah sangat mendukung terlaksananya kegiatan dengan baik dan lacar.

REFLEKSI CGP

Dalam melaksanakan kegiatan ini awalnya saya mendiskusikan dengan pimpinan sekolah Bersama dengan waka-waka ,menyampaikan tujuan dari kegiatan dan semua rancangan yang sudah saya atur tentang teknk dari kegiatan. Dengan adanya kegiatan ini semoga dapat bermanfaat pada murid dan dapat menerapkannya dalam kehiduoan sehari-hari. Pelaksanaan kegiatan ini tidak terdapat resiko yang berarti namun salah satu kendala adalah jam pertemuan yang tidak terlalu banyak berhubung karena mengikuti aturan protocol Kesehatan dan jumlah peserta yang terbatas. Kepala sekolah meminta untuk program yang menjadi aksi nyata ini dapat ditindak lanjutkan untuk dijadikan sebagai program sekolah dan menjalin silahturahmi dengan pihak nara sunber.

Kegiatan Sosilalisai Bersama Waka Kurikulum, waka kesiswaan, waka sarana dan prasarana

Murid diberikan ice breaking ditengah acara

Kepala sekolah,dan guru-guru serta murid kelas 7

Membukan acara kegiatan



Konsultasi dengan Kepala sekolah dan Nara sumber TIM PKBI

 


Demikian Aksi Nyata ini , semoga segala yang diharapkan dapat tercapai dan bermanfaat bagi murid sebagai generasi bangsa.

 

 

Guru adalah sahabat

Guru adalah teladan

Guru adalah Motivator

 

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 17 Oktober 2021

Peristiwa (Fact)

Latar Belakang tentang situasi yang dihadapi

                 Dalam suatu keadaan dikelas dengan berbagai latar belakang murid yang heterogen. Saya sebagai wali kelas melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai mana yang menjadi tupoksi saya,dalam kelas itu ada satu murid yang sering tidak mengumpulkan tugas baik melalui daring (classroom) maupun luring ( mengambil tugas  disekolah ) tanpa ada pemberitahuan demikian juga ketika ada zoom meeting atau gmeet tidak pernah hadir. Toleransi ketidak hadiran dan keaktifan dalam mengerjakan tugas-tugas adalah hampir semua mata pelajaran, dalam kondisi ini tentu sudah melanggar aturan dan displin sekolah yang nantinya akan berpengaruh pada kenaikan kelas sehingga hal ini membuat dilema bagi saya untuk nantinya pada saat rapat dewan guru untuk penentuan kenaikan kelas. Proses coaching diperlukan dalam mengatasi masalah ini dengan harapan dapat mengetahui alasan dan tujuan mengapa ini terjadi, mengidentifikasi semua sumber informasi yang masuk,menggali tentang diri murid yang menjadi kekuatan dirinya untuk menemukan solusi atas permasalahannya. Pada saat saya memutuskan untuk melakukan coaching dengan murid tersebut saya koordinasi dengan pimpinan sekolah dan guru BK kemudian saya memutuskan melakukan coaching dengan melakukan home visit kerumah murid tersebut.

 Adapun langkah-langkah pengambilan keputusan diuraikan sebagai berikut :

1.     Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini

2.     Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.     Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4.     Pengujian benar atau salah

5.     Pengujian paradigma benar lawan benar

6.     Melakukan prinsip resolusi

7.     Investigasi opsi trilemma

8.     Buat keputusan

9.     Lihat lagi keputusan dan refleksikan


Perasaan (Feeling)

Setelah melakukan aksi nyata modul 3.1. Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran awalnya merasa akan mengalami kesulitan. Terutama dalam memutuskan untuk melakukan coaching . Namun, berkat kolaborasi aksi nyata pun bisa terlaksana dengan baik. Saat pelaksanaan perasaan lebih lega dan tenang. Hal ini karena sesuai rencana yaitu melakukan coaching dan mendapatkan informasi murid secara langsung . Demikian halnya setelah aksi nyata selesai dengan senang memberitahu kepada rekan guru yang mengajar dikelas yang saya walikan tentang informasi yang saya dapat terkait murid tersebut sehingga ketika rapat saya merasa lega. Perasaan bahagia sekaligus tertantang menjaga dan meningkatkan pemahaman diri, sejawat, murid , orang tua terkait pengambilan keputusan.

Pembelajaran (Finding)

Banyak pembelajaran baru dalam perubahan yang telah dilakukan. Pengambilam keputusan tentunya merupakan hal yang sulit ketika pemahaman kita berfokus pada kelemahan. Pembelajaran tersebut terkait dengan diri sendiri maupun orang lain. Salah satu pembelajaran baik bagi diri sendiri, yaitu bahwa awal baik bagi sebuah perubahan adalah kolaborasi. Dari kolaborasi ada pembelajaran tentang menyamakan persepsi dalam menyusun langkah perubahan. Pembelajaran baik lainnya, yaitu terkait kendala dari rencana yang telah disusun. Kendala ada membuat rencana berubah. Oleh karena itu, penting adanya menyiapkan strategi alternatif dalam implementasi aksi nyata dalam pengambilan keputusan. Pembelajaran dari orang lain terutama terkait dengan pentingnya dukungan dari pimpinan sekolah .

 

Perubahan (Future)

Perubahan nyata dalam diri, yaitu adanya tekad menguatkan kolaborasi sebagai bentuk dukungan dari dan terhadap sejawat. Proses pengambilan keputusan yang telah saya lakukan di sekolah mungkin belumlah sempurna. Kedepannya bila menemui kasus dilema etika lagi, saya beserta pihak sekolah akan terus menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dengan lebih baik lagi sehingga kami mampu untuk menganalisa setiap kasus dilema etika yang terjadi di sekolah untuk menghasilkan keputusan yang lebih bijak serta berpihak kepada murid. Hal ini penting kaitannya dengan implementasi aksi perubahan ke depannya. Selain itu, rasa optimis yang meningkat terutama terkait kompetensi diri dalam pengambilan keputusan. Hal ini akan berpengaruh nyata terhadap keputusan yang diambil ke depannya terkait peran sebagai pemimpin pembelajaran. Perubahan lainnya, yaitu semakin meningkatnya komitmen diri untuk melakukan perubahan ke arah kebaikan di sekolah.




                                                Salam Guru Penggerak

                                                                         Penulis

 

Jumat, 15 Oktober 2021

2.3.a.10. Aksi Nyata – Coaching
Ester Zega, S.Pd, MM
SMP Negeri 12 Bandar Lampung
CGP Angkatan 2
 

Coaching adalah suatu proses membuka potensi diri untuk memaksimalkan kemampuan. Melakukan coahing merupakan hal penting dalam menggali setiap nilai yang tidak terlihat dipermukaan dalam diri murid, kegiatan ini melibatkan seorang coach dan coachee yang saling komunikasi. Seorang coach menuntun dan mengarahkan coach dalam menemukan solusi setiap permasalahan atau kendala yang dihadapi, dalam kegiatan Coaching saya menggunakan model TIRTa yaitu proses coaching yang menerapkan langkah-langkah sebagai berikut, (T) tujuan, (I) identifikasi masalah, (R) rencana aks, (Ta) tanggungjawab. Saya melaksanakan kegiatan coaching disekolah yang sebelumnya saya komunikasikan dengan pimpinan sekolah dan waka, saya mempunyai satu komitmen untuk menerapkan hal ini pada murid dan berbagi informasi dengan sesame teman sejawat.

Pembelajaran yang dilakukan secara daring selama pandemi covid-19 menyebabkan munculnya permasalahan tersendiri baik dari guru sebagai pendidik maupun dari murid. Dengan beragam permasalahan yang muncul, tentunya setiap pendidik dan terlebih kepala sekolah berusaha semampunya meningkatkan potensi dan menumbuhkan motivasi murid untuk belajar salah satunya dengan kegiatan melakukan coaching dengan warga sekolah agar permasalahan segera teratasi dan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

Saya melakukan coaching dengan waka kurikulum, teman sejawat dan seorang murid, hal ini merupakan suatu kegiatan yang sangat begitu baik dan berjalan dengan lancar , saya sebagai coach menemukan sebuah tujuan dari pertemuan dengan coachee, kemudian mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan terus menggali hal-hal positif dalam diri coachee sampai menemukan rencana untuk sebuah aksi dalam menyelesaikan masalahnya sendirinya  dengan bertanggung untuk melaksanakan sesuai dengan komitmentnya.


                       Coaching dengan Waka Kurikulum



                            Coaching dengan murid

Dalam kegiatan coaching ini ada hal yang begitu menarik bagi saya secara pribadi yaitu merasa Bahagia Ketika menemukan coachee dapat menemukan solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi, seorang murid yang menjadi coachee begitu senang dan lega setelah selesai coaching, kendala dalam belajar tidak lagi membuatnya terhalang untuk terus menjadi dirinya yang mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

                

                                                     Pendampingan  Individu 4

Pada saat PI 4 bersama pengajar praktik Ibu Yulia Budiarti, saya mempraktekan kegiatan coaching dengan teman sejawat, saya bersyukur dapat melaksanakannya dengan baik dengan sebuah pesan dari teman saya bahwa coaching ini sangat bermaanfaat untuk mengoptimalkan dalam membantu warga sekolah untuk menggali potensi yang dimilikinya agar mampu mencari solusi atas permasalahannya serta mengambil keputusan yang bertanggungjawab tentunya dengan dukungan dari kepala sekolah, rekan-rekan guru, orang tua dan murid.


                    
                                Kegiatan Coaching bersama dengan Teman Sejawat

Untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja keras dan komitmen dari seorang guru untuk memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya. Salah satu caranya yaitu dengan terus meningkatkan kompetensi. Guru dituntut untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan belajar tiap murid yang berbeda-beda dengan memberikan pembelajaran berdiferensiasi. Guru harus bisa mengenali emosi dan membangun hubungan sosial-emosional dengan murid, dan juga guru harus bisa menjadi seorang coach bagi murid-muridnya dalam rangka mengembangkan segala potensi yang ada pada murid. Guru yang berperan sebagai coach menunjukkan sebuah pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk itu marilah kita belajar dan terus belajar demi kemajuan dan perkembangan murid-murid kita . 


                                                                                Penulis.

Jumat, 10 September 2021

3.1.a.9 Koneksi Antarmateri

 

Ester Zega,S.Pd.,M.M

CGP Angkatan 2

SMP NEGERI 12 Bandar Lampung

 

Pendidikan guru penggerak yang sedang saya jalani dengan melewati pembelajaran modul 1, modul 2, hingga sampai saat ini belajar pada modul 3 (3.1). Semua modul yang sudah saya pelajari sangat memberi manfaat dan dampak positif pada diri saya sebagai seorang pendidik dan keyakinan untuk menggerakkan komunitas belajar yang berpihak pada murid. Pada kesempatan ini, saya akan menuliskan tentang rangkaian hubungan antara materi modul 1,2 dan 3 sesuai dengan apa yang sudah saya pelajari hingga saat ini.

Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Tri Loka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran?

Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan pada prinsip ASAH,ASIH,ASUH, Poin yang paling penting adalah kodrat alam dan kodrat zaman (kemerdekaan anak). Didalam melaksanakan pembelajaran seorang pendidik (pemimpi pembelajaran) harus mampu menuntun,mendorong tumbuh kembangnya potensi siswa agar dapat memperbaiki lakunya dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak dalam mengambil suatu keputusan.

Pratap Tri Loka yang di gagas oleh bapak Ki Hadjar Dewantara antara lain :

  • Ø  Ingarsa Sung Tulada yang artinya seorang guru menjadi teladan bagi muridnya
  • Ø  Ing Madya Mnagun Karsa artinya ditengah membangkitkan atau membangun kemauan
  • Ø  Tut Wuri Handayani artinya mengikuti dibelakang, menyokong kekuatan (dorongan)

Tiga prinsip pembelajaran yang harus diterapkan oleh seorang pemimpin pembelajaran sehingga sepatutnya harus mampu menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid,dengan sembilan langkah pengambilan keputusan dan pengujian keputusan,empat paradigma dilema etika serta tiga prinsip pengambilan keputusan. Kaitannya dengan pengambilan keputusan, maka seorang pemimpin (guru) harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat, bijaksana, dan selalu berpihak kepada murid, menjadi telada bagi orang-orang yang dipimpinnya, mampu membangun semangat, memberikan motivasi dan mengembangkan minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh setiap murid. Dalam keadaan ini sering sekali seorang pendidik diperhadapkan dengan situasi yang mengandung dilema etika dan didikan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dengan kedua pilihan benar secara moral tetapi bertentangan. Sedangkan bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.

 

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita yang mempengaruhi pengambilan keputusan.

Dalam pengambilan sebuah keputusan, ada dua hal yang kita temukan yaitu bujukan moral dan dilema etika. Dari pengalaman kita bekerja pada suatu lembaga pendidikan,ada hal ketika kita menghadapi situasi sulit untuk menentukan keputusan yang tepat, namun dengan dasar nilai-nilai kebajikan, cinta kasih, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggungjawab dan penghargaan akan hidup akan menuntun kita menemukan satu keputusan yang tepat dengan menerapkan sembilan langkah pengambilan keputusan, paradigma pengambilan keputusan, prinsip pengambilan keputusan dan nilai serta peran guru penggerak dalam pengambilan keputusan. Nilai dan peran guru penggerak yang memiliki kemandirian, reflektif, inovatif, kolaborasi, keberpihakan pada murid dan peran guru penggerak yaitu menjadi pemimpin pembelajara, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi Coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, mewujudkan kepemimpinan murid dan inivatif.

9 langkah pengambilan keputusan yaitu :

  • Ø  Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang bertentangan
  • Ø  Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
  • Ø  Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
  • Ø  Pengujian benar atau salah (Uji legal, Uji Regulasi, Uji Intuisi, Uji halaman depan koran, Uji panutan idola)
  • Ø  Pengujian paradigma benar vs benar
  • Ø  Prinsip pengambilan keputusan
  • Ø  Investigasi opsi trilema
  • Ø  Buat keputusan
  • Ø  Tinjau lagi keputusan anda dan refleksikan

Adapun 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu :

  • Ø  Individu lawan masyarakat (individual vs community)
  • Ø  Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
  • Ø  Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
  • Ø  Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Dan 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu :

  • Ø  Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Ø  Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Ø  Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

 


Kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping dalam proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini bisa dibantu oelh sesi coaching yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Dalam aspek pembelajaran dikelas guru sebagai pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui kebutuhan belajar murid sekaligus sebagai memberi contoh yang baik bagi siswa memahami karakter belajar siswa serta kondisi social emosional sebagai pemimpin pembelajaran dikelas. Dalam hal ini juga untuk terciptanya profil pelajar Pancasila siswa  harus bisa menyelesaiakan sendiri persoalan belajarnya di kelas yang merupakan dilemma bagi mereka, dan di sinilah penting pendekatan Coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh siswa untuk menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan dilema baginya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan waktu jika siswa membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar yang menurun pada siswa. Coaching dan itu tidak terlepas dari komunikasi yang baik antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar siswa.

Untuk membuat keputusan yang mengutamakan kepentingan murid, diperlukan kesamaan visi, budaya, serta nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi. Keterampilan coaching dengan model TIRTA akan membantu guru dalam melaksanakan tugasnya, mampu melihat paradigma pengambilan keputusan serta berbagai sudut pandang sehingga mengambil keputusan yang tepat.

Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfulness) agar bisa memprediksi efek dari keputusan yang diambil.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang focus pada masalah moral atau etika kembali nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik.

Seorang pendidik harus bisa melihat bagaiamana persoalan tersebut apakah merupakan dilemma etika atau merupakan bujukan moral, nilai-nilai yang yang akan diambilpun merupakan nilai yang merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun siswa tersebut kearah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keptusan yang diambil merupakan keputusan yang bertanggung jawab.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran  tentunya akan berdampak positif, aman, dan nyaman apabila kita bisa melihat kondisi saat mana kita akan mengambil sebuah keputusan yang tentu yang jika itu adalah dilemma maka kita bisa meminimalisir dilema tersebut agar dalam pengambilan yang bersifat dilemma itu tidak terlalu berpengaruh. Dan jika merupakan suatu bujukan moral kita harus pandai bahwa hal yang dilakukan salah dan nantinnya guru sebagai pemimpin pembelajaran akan dengan bijak membuat keputusan namum tertap membinmbing anak menuju ke pengambilan keputusan tepat baik untuk guru maupun untuk siswa. Dalam hal ini siswa tetap merasa bahwa guru adalah seorang pemimpin yang mampu membuat situasi kondusif, aman dan nyaman di lingkungan sekolah maupun sekitarnya.

Pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan keputusan yang diambil telah mempertimbangkan beberapa aspek dan mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan serta telah melakukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, Uji halaman depan, Uji panutan). Ketika seorang pendidik telah melaksanakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, maka niscaya keputusan yang diambil akan tetap menciptakan lingkungan yang positif dengan tetap melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil.

 

Apakah kesulitan di lingkungan  saya yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan  terhadap kasus-kasus dilemma etika ini? Apakah ini kembali kemasalah perubahan paradigma di lingkungan saya?

Dalam mengambil keputusan yang berdampak positif bagi lingkungan tentunya terdapat berbagai kesulitan yang terjadi dilapangan. Didalam satuan pendidikan sering terjadi saat dalam mengambil keputusan  menghadapi kendala dilema etika. Sebagai contoh,  menghadapi masalah yang berkaitan dengan seorang murid. Dimasa pendemi ini, Ia tidak pernah mengumpulkan tugas selama pembelajaran kerena membantu merawat Ibu yang sedang sakit sementara Ayahnya sedang di PHK, sehingga tidak mampu membeli HP. Ketika hendak pembagian raport tengah semester, nilai tugas anak tidak ada sehingga rata-rata nilainya menjadi sangat rendah. Sebagai pendidik, tentunya akan mengalami sebuah dilema. Dimana, di satu sisi harus tetap jujur dalam memberikan nilai, namun disisi lain memiliki rasa kasihan terhadap anak tersebut yang tidak mengerjakan tugasnya kerena merawat Ibunya. Keputusan yang diambil adalah tetap memberikan kesempatan kepada anak tersebut dengan meringankan tugas yang akan dikerjakannya. Disatu sisi, keputusan yang diambil mengalami kendala dari rekan sejawat yang kurang setuju dengan keputusan tersebut karena tidak berkeadilan dengan murid yang lainnya. Akhirnya setelah dijelaskan kondisi sebenarnya, rekan sejawat dapat menerima keputusan yang diambil tersebut.

Sebagai makluk social dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan  situasional, yaitu antara benar-benar  memegang  aturan demi suatu keadialan. Namun terkadang kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan.

 

Pengaruh pengambilan keputusan  dengan pembelajaran yang memerdekakan murid kita?

Sebagai seorang pendidik yang merupakan salah satu calaon guru penggerak  saya merasa terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita belum bisa memanage sebuah keputusan dengan baik baik terutama saat menemuka masalah belajar pada siswa, dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul pendidik sudah seharusnya meberikan keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk  memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka. Keputusan yang diambil seorang guru, mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid. Keputusan tersebut tentunya dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan. Tentunya Ia akan tetap semangat dalam mengikuti pembelajaran dan menyelesaikan pendidikan nya sehingga Ia dapat memperoleh pendidikan yang layak demi masa depannya.

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang pendidik  dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula untuk perkembangan siswanya. Setiap kebijakan atau keputusan yang diambil oleh pendidik sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridnya. Jika seorang pendidik mengambil keputusan yang kurang arif dan bijaksana terhadap dilema yang dihadapi dengan peserta didiknya, maka hal ini akan berdampak kepada hal-hal yang kurang baik bagi murid tersebut.

Kesimpulan akhir terkait modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya  sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu pendekatan yang  membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan keptusan berdasrakan dilema etika. Bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal- hal yang berkaitan dengan murid khususnya terhadap pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Trilokanya. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya serta pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang diambil seorang guru, mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.

 

SALAM GURU PENGGERAK

  Ester Zega, S.Pd, MM C GP Angkatan 2 Kabupaten Majalengka Fasilitator : Mahmun   Zulkifli, S.Pd,MM Pendamping : Yulia Budiarti  ...